Jumat, 16 Desember 2011

Mesuji harus diusut tuntas

 
>

Pemerintah sepakat membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TPF) untuk mengusut dugaan kasus pembantaian warga di Mesuji, baik di Mesuji Lampung maupun Mesuji Sumatera Selatan. Tim diketuai oleh Wakil menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana.

TPF bentukan pemerintah ini terdiri dari unsur Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Kehutanan, Kepolisian, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Pemerintah Daerah Lampung, Pemerintah Daerah Sumatera Selatan, dan tokoh masyarakat.

Ketua Komnas HAM, Ifdhal Kasim, tercatat dalam keanggotaan tim. “Tim langsung mulai bekerja dengan mengumpulkan seluruh informasi, serta akan segera turun ke lapangan,” kata Denny dalam pesan tertulisnya, Jumat, 16 Desember 2011.

Heboh pembantaian Mesuji berawal dari aduan warga Mesuji Lampung, ke Komisi III DPR. Mereka melaporkan telah terjadi pembunuhan keji di daerah mereka, saat terjadi penggusuran terhadap lahan warga. Akibatnya, sekitar 30 warga tewas.

Dalam pengaduan mereka ke Komisi III DPR ini, warga Mesuji Lampung yang diwakili oleh kuasa hukum Bob Hasan memutar video kekerasan di Mesuji yang memperlihatkan pembantaian keji oleh orang-orang berseragam aparat. “Bangunan ibadah dihancurkan, hasil panen singkong juga dirampas. Aparat juga melakukan pemerkosaan terhadap janda, pada saat penggusuran,” kata Bob Hasan di Gedung DPR, Rabu 14 Desember 2011.

Penjelasan Polri

Kabag Penum Mabes Polri, Kombes Pol Boy Rafli Amar menyatakan, video pembantaian petani yang diputar di hadapan anggota Komisi III DPR dicampur-adukkan. Video yang diputar itu, kata dia, tidak sepenuhnya terjadi di Kabupaten Mesuji, Lampung. Ada potongan videio yang juga diambil dari peristiwa konflik di Kecamatan Mesuji, Sumatera Selatan, pada tanggal 21 April 2011.

Ada dua Mesuji yang berbeda, di Lampung dan Sumatera Selatan. “Video ini dicampur-adukkan dengan peristiwa di Lampung. Di Lampung juga namanya Mesuji, tetapi di Ogan Komering Ilir (nama Kecamatan Mesuji), kalau di Lampung namanya Kabupaten Mesuji,” kata Boy saat menggelar konferensi pers di Mabes Polri, Kamis 15 Desember 2011.

Boy juga mempertanyakan jumlah korban tewas yang dikatakan mencapai 30 orang. Dia menduga angka itu adalah penggabungan korban-korban di lain tempat, bukan dalam satu peristiwa. Boy pun membantah tudingan polisi terlibat dalam aksi kekerasan tersebut – apalagi melakukan pemenggalan.

Menurutnya, aparat yang tersorot dalam video, baru hadir usai bentrokan antara warga dengan karyawan dan petugas keamanan dari PT Sumber Wangi Alam (SWA) di Sumatera Selatan pada 21 April 2011. “Itu setelah kejadian, setelah orang itu meninggal semua, baru polisi dengan pasukan lebih besar hadir. Kalau tidak ada petugas, korban akan lebih banyak,” papar Boy.

Pemenggalan, kata Boy, bukan dilakukan polisi, tapi oleh warga sendiri. Sementara yang dipenggal adalah karyawan PT SWA. “Tindakan ini cukup keji, bahkan ada satu yang dipenggal kepalanya, dari karyawan PT SWA. Pada waktu massa datang, mereka tidak lagi bisa menghadapi,” kata Boy. Akar permasalahan, menurutnya, adalah murni sengketa tanah.

Source : VIVAnews

Tidak ada komentar:
Write comments