Jumat, 02 Maret 2012

Awal karir Muhammad Ali

 
>



Mengenang pertama kali legenda tinju dunia menjadi juara dunia selalu menarik. Ada filosofi di balik kemenangannya yang pantas disimak. Termasuk Muhammad Ali.

Tepat 48 tahun lalu (25 Februari 1964), Muhammad Ali yang saat itu masih bernama Cassius Clay akan menantang juara bertahan Sonny Liston. Ali saat itu masih belia, 22 tahun, sedang juara dunia Liston 32 tahun. Ali tampak kurus sedangkan Liston berotot. Perbandingan ini jadi ukuran banyak pihak untuk memprediksi siapa yang akan menang.

Liston juga sangat meyakinkan publik. Sebelum menghadapi Ali, Liston memiliki catatan baik, yakni mengalahkan Floyd Patterson pada ronde pertama. Hingga saat itu, ini rekor KO tercepat yang pernah dilakukan seorang petinju di kelas berat. Oleh karena itu, Liston dianggap petinju yang mengerikan. Bahkan akan membuat lawan ngeri sebelum melawannya.

Sedangkan Ali, kelahiran Louisville, 17 Januari 1942, di samping usianya masih muda, ia dikenal sebagai petinju yang lincah dengan gerakan kaki yang tak ada habisnya. Ia juga memiliki pukulan tangan kanan yang mematikan yang sudah ia buktikan saat meraih medali emas di Olimpiade Roma pada tahun 1960 sebelum terjun ke tinju profesional. Namun ia mendapat julukan "The Louisville Lip" (Si Bibir Louisville) karena kebiasaannya bicara cepat yang di kemudian hari membuatnya dijuluki "Si Mulut Besar".

Namun sebelum melawan Liston, Ali sempat dipukul jatuh saat menghadapi Sonny Banks, di awal karier profesionalnya dan bahkan hampir kalah KO dari Henry Cooper. Karena itu sangat sedikit yang memperkirakan Ali akan menang. Bahkan media menyebut Ali akan jadi bulan-bulanan Liston. Dari 46 reporter tinju yang biasa meliput di pinggir ring, sebanyak 43 orang memperkirakan Liston akan menang dengan KO.

"Ini akan menjadi kemenangan (Liston) terbaru di ronde pertama," tulis The New York World-Telegram. "Satu-satunya kemungkinan Clay (Ali) mengalahkan Liston adalah membaca kamus," tulis The Los Angeles Times. Bahkan seorang penulis tinju yang biasa mengisi kolom di The New York Times, Joe Nichols, menolak menonton Liston-Ali karena menganggap pertarungan itu tak akan imbang (akan dimenangkan dengan mudah oleh Liston).

Dalam debat di televisi sebelum pertandingan, para pengamat tinju hanya memprediksi di ronde ke berapa Liston akan meng-KO Clay (Ali). Kebanyakan menyebutkan akan mengalahkannya di ronde pertama. "Kalau saya Cassius, saya akan masuk mobil dan pergi meninggalkan kota ini," kata Garry Moore, host di acara itu. "Saya kira pertarungan akan berakhir di kamar ganti. Clay akan pingsan sebelum naik ring," kata aktor Hal March yang ikut di acara tersebut.

Akhirnya pertarungan pun dimulai. Semua terkejut sejak ronde pertama. Ali tampil begitu percaya diri dengan gerakannya yang amat dinamis. Sebaliknya, Liston tampil di luar kondisi terbaiknya. Berkali-kali ia mencoba mengurung Ali dengan berbagai pukulannya, namun Ali selalu mampu menghindar. Akibatnya tak satu pun pukulan mengenai wajah Ali. Sedangkan Ali berhasil memasukkan beberapa jab dan serentetan pukulan yang menggoyahkan Liston.

Pada ronde ketiga, Ali berhasil memasukkan beberapa pukulan yang membuat mata dan bibir Liston robek. Di ronde keempat Liston sempat berlutut dan hampir membuatnya jatuh. Namun saat akan melanjutkan ronde keempat, Ali tiba-tiba pergi ke sudut ringnya dan meminta pelatihnya membuka sarung tinjunya karena matanya perih dan sulit melihat, ada sesuatu di sana.

Tetapi pelatihnya mengingatkan Ali. "Ini kesempatan besar, jangan menyerah sekarang," kata Angelo Dundee, sang pelatih. Lalu menyusut mata Ali dengan busa. "Kamu pergi sana dan lari-larilah!"

Ada desas-desus, saat itu Ali terkena suatu ramuan yang sengaja dioleskan pihak Liston di sarung tinju Liston untuk mengaburkan mata Ali. Tetapi ada juga yang menyebutkan, ramuan itu adalah untuk meredakan pendarahan Liston namun kemudian menempel di sarung tinjunya dan mengenai mata Ali saat keduanya berangkulan. Namu isu itu tak terbukti.

Ronde kelima Ali hanya berlari-lari menghindari pukulan-pukulan Liston karena matanya sulit melihat. Ronde keenam matanya mulai bisa melihat lagi. Ia kembali bisa memukul Liston dengan berbagai kombinasi pukulannya yang membuat Liston tak berdaya.

Di akhir ronde keenam saat ia duduk di sudut ringnya, Ali mengaku melihat semua wartawan gila karena tak mengiranya. Lalu ia menjulurkan kepalanya ke arah mereka sambil berteriak, "Aku akan membalikkan dunia!" Ali begitu sebal saat itu karena merasa dilecehkan wartawan yang memperkirakan ia akan kalah mudah.

Di sudut lain, kubu Liston kelabakan. Bahu sang petinju terkilir karena akumulasi pukulan Ali. Dan ketika Ali sudah berlari-lari di tengah ring untuk memulai ronde ketujuh, kubu Liston menyatakan mundur. Ali pun dinobatkan sebagai juara dunia baru. Ali meledak kegembiraannya saat itu. Ia lalu berlari ke arah wartawan sambil berteriak, "Makan tuh kata-katamu!" katanya. "I'm the greatest!"

Ali menang karena akumulasi persiapan yang begitu matang dan bekal "sakit hati" karena dilecehkan tidak akan memenangkan pertarungan itu. Sakit hatinya itu ia salurkan untuk mempersiapkan diri sekeras-kerasnya. Konon begitu kerasnya ia berlatih hingga sehari menjelang pertarungan, detak jantungnya sempat sampai 120 detak per menit yang membuatnya didenda Komisi Tinju Miami.

Banyak pengamat menyebutkan, persiapan Ali yang melewati batas itu menandakan betapa takutnya Ali menghadapi Liston.

Namun setelah itu, semua terbukti bahwa justru karena persiapan yang matang yang membuat Ali tak hanya memenangkan pertarungan tetapi juga membuat sang juara bertahan jadi bulan-bulanannya.


1 komentar:
Write comments